Minggu, 05 April 2009

Facebook sebagai alat mata-mata AS?

Facebook sebagai alat mata-mata AS?

Belum lama ini, kami yang memang bekerja di bidang TI berdiksusi
mengenai "booming" Facebook, obrolan menjadi serius dan topiknya juga
menjadi lebih dalam hingga ada salah satu wacana bahwa database
Facebook mungkin saja digunakan oleh pemerintah AS untuk melakukan
information collecting dari para membernya karena penggunaan Facebook
di masa sekarang ini sudah jauh melebihi ekspektasi hanya sebatas
aplikasi jejaring sosial.

Yang akan jadi masalah adalah, bisa
saja seorang tokoh masyarakat, baik itu politikus ataupun pejabat
pemerintahan suatu negara, menjadi incaran pemerintah AS dan tanpa
sadar mereka memberikan data-data pribadinya karena ketidaktahuannya,
seringkali mereka sendiri yang menyusun riwayat hidup sejak tanggal
lahir hingga riwayat sekolah dan pekerjaan, bahkan salah satu aplikasi
dari Facebook adalah membuat susuanan anggota keluarga dari si membernya

Salah
satu indikasi bahwa facebook digunakan oleh kepentingan tertentu
tersebut adalah bahwa sampai sekarang mereka tidak menyediakan
penghapusan account bagi mereka yang ingin keluar dari keanggotaan
Facebook.

Dari obrolan ini, lalu kami mulai menyebarkan wacana
ini, memang belum seberapa luas, tapi di lingkungan yang tertutup cara
seperti kami ini memang efektif untuk membuat seseorang merubah
informasi account-nya di Facebook, walaupun sebenarnya bisa dibilang
percuma, karena bisa saja sistem database di Facebook menggunakan
mekanisme pencatatan history dan dibuat backupnya sehingga setiap
perubahan dapat diketahui dan disimpan secara permanen.

Bagaimana menurut Bapak mengenai wacana ini?


Jawaban

Semoga
Pak Robby dan para pejuang TI lainnya senantiasa mendapat perlindungan
dari Allah SWT. Facebook sekarang telah menjadi booming. Banyak orang
beranggapan jika belum ikutan Facebook maka dia belumlah trendy dan
modern. Saya akan mengulas tentang Facebook dalam kacamata Konspirasi.

Kita
tentu masih ingat, aturan pertama dan utama di alam maya adalah JANGAN
SEKALI-KALI MEMBERIKAN DATA ASLI DI ALAM MAYA. Kita boleh saja ikutan
Facebook, Multiply, dan sebagainya namun jangan sekali-kali mengisi
kolom-kolom isian dengan data-data pribadi kita yang benar. Sama saja
jika kita melakukan register ketika memakai kartu telepon baru. Toh
Facebook atau Provider telepon tidak akan tahu apakah data yang kita
isikan itu benar atau tidak.

Intelijen adalah pekerjaan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, agar bisa dipergunakan
sesuai dengan kepentingan user-nya. Dan saya sangat yakin jika Facebook
atau pun situs jejaring sosial lainnya seperti Friendster, Multiply,
Blogspot, juga email, dan sebagainya merupakan perpanjangan tangan dari
kelompok Konspirasi (The Luciferian Conspiration, kelompok yang
mengendalikan AS dan juga dunia) untuk bisa menghimpun data-data warga
dunia secara mudah. Ada baiknya kita membaca buku Dan Brown "The
Digital Fortress", yang walau pun fiksi namun memuat sejumlah informasi
penting yang sesungguhnya benar-benar ada. Atau buku "The Complex:
Bagaimana Militer Amerika Menyerbu Kehidupan Kita Sehari-Hari" (Dr.
Nick Turse, 2009). Atau tontonlah film Mel Gibson "The Conspiracy
Theory" di mana aparat keamanan berhasil mengendus keberadaan orang
lewat belanja dengan kartu kredit. Walau semuanya kelhatan bohongan,
tapi percayalah jika semua itu benar-benar ada.

Sebab itu, para
pejuang (The Combatant) atau aktivis kemanusiaan yang menyadari dirinya
tengah berperang melawan The New World Order atau The Globalization,
sebaiknya tidak pernah berhubungan dengan bank (tidak memiliki kartu
kredit, kartu debet, atau pun rekening bank atas namanya), tidak pernah
mengisi kolom data jejaring sosial di internet dengan data asli, bahkan
tidak memiliki ID Card (KTP), dan menjauhi penggunaan alat-alat
komunikasi yang bersifat tetap (misal nomor telepon dan sebagainya).
Hiduplah bagai siluman. Atau seperti kalimat bijak, "Jadilah orang yang
ketika datang tidak diketahui dan ketika pergi tidak dicari."

Jika
semua itu tidak mungkin, maka demi keselamatannya para Combatant harus
berusaha agar sedikit mungkin orang mengetahui jejaknya, seperti:
senantiasa mengganti nomor ponselnya dengan berganti-ganti
provider—kalau bisa juga berganti ponselnya—dalam waktu yang tidak
teratur (kian singkat kian baik), jika memiliki situs jejaring sosial
(tentu dengan data yang bukan asli) maka mengaksesnya jangan dari satu
tempat yang sama (warnet yang sama), selalu berganti alamat email
(bikin email baru mudah kan), dan sebagainya.

Kawan saya pernah
hadir dalam sebuah pertemuan para intel. Mereka bertemu di selatan
Jakarta, dalam sebuah bangunan di bagian belakang bangunan utama dekat
kolam renang. Sepanjang pertemuan, teve plasma berlayar besar yang ada
di ruangan tersebut dinyalakan dengan audio yang cukup besar walau
tidak ditonton, semua pancuran air kolam renang dan juga air terjun
dinyalakan, semua ponsel dan pda atau pun BB dimatikan (bahkan kartu
chip-nya dilepas, batere dilepas, dan diurai), dan sebagainya. Semua
ini dikatakan sebagai tindakan berjaga-jaga atas aksi penyadapan.
Padahal ruangan tersebut sangat tersembunyi dan kedap suara.

Apakah
dengan demikian kita tidak boleh memiliki Facebook atau yang
sejenisnya. Boleh saja. Asal, ya itu tadi, jangan mengisikan data-data
pribadi kita yang asli. Facebook atau situs jejaring sosial lainnya
sangat dibutuhkan oleh tenaga-tenaga marketer, namun akan menjadi
bumerang bagi para Combatant. Sebab itu, kita harus benar-benar sadar
akan diri kita dan bertanya apakah kita memang sungguh-sungguh
memerlukan situs jejaring sosial atau tidak. Kalau sekadar ikutan
trend, janganlah. Sebab resikonya terlalu besar. Dunia yang kita
tinggal dan hidup di dalamnya bukanlah dunia yang memiliki satu warna.
Ada dunia lain di sekitar kita yang mungkin tidak pernah kita sadari.
Meminjam istilah Bang Napi: Wasadalah! Waspadalah!.Wallahu'alam
bishawab.

(sumber:www.eramuslim.com)

Tidak ada komentar: